Tokyo – Ancaman baru kini menghampiri Jepang, setelah gempa 8,9 skala Richter dan terjangan tsunsami setinggi 10 meter, Jepang berhadapan dengan ancaman berupa bahan radioaktif dari reaktor nuklir di Fukushima Daiichi yang meledak pada hari Sabtu (12/3).
Fasilitas nuklir ini berjarak 240 kilometer sebelah utara Tokyo, yang berfungsi sebagai pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang dioperasikan oleh Tokyo Electric Power Co (Tepco). Reaktor ini meledak sekitar pukul 15.30 waktu setempat. Tepco membenarkan ledakan ini. Sebanyak 4 orang pekerjanya menjadi korban ledakan ini, namun keempat karyawan ini berhasil diselamatkan dan tidak mengalami luka parah. Operator reaktor nuklir ini mendeteksi delapan kali tingkat radiasi normal di luar fasilitas dan 1000 kali normal di dalam ruang kontrol Unit 1.
Sementara itu, Sekretaris Kabinet Jepang, Yukio Edano dalam sebuah konferensi pers menyatakan bahwa pihaknya telah mengirimkan tim penyelamat hiper dari Pemadam Kebakaran Tokyo langsung ke lokasi ledakan. Sekitar 3.000 warga yang tinggal di wilayah reaktor nuklir di Kota Okuma, Fukushima diungsikan dalam radius 20 kilometer dari reaktor. Edano tetap mengimbau semua warga untuk tetap di dalam rumah dan menghindari keluar tanpa menutupi kulit. Jikapun terpaksa keluar rumah diminta mengenakan jaket dan baju yang menutupi seluruh tubuh. Termasuk mengenakan masker dan handuk basah. Dikhawatirkan asap yang mengepul keluar dari reaktor menyebarkan bahaya radioaktif melalui udara. Masyarakat juga diminta mematikan AC dan tidak meminum air langsung dari keran. Hal ini untuk menghindari ancaman kontaminasi radioaktif. Selain itu, saat ini pemerintah menurut Edano mengumpulkan yodium, yang bisa digunakan untuk melawan penyakit radiasi.
Untuk menangani kebocoran tersebut, pihak Tepco akan mengisi kebocoran reaktor dengan air laut. Hal itu dilakukan untuk mendingikan reaktor dan mengurangi tekanan di unit pembangkit listrik nuklir tersebut.
Meski warga khawatir, namun para ahli Jepang kompak menyatakan tidak akan ada ancaman bahaya radioaktif. “Chernobyl tidak mungkin terjadi pada reaktor dengan sedikit kadar air. Kehilangan pendingin berarti peningkatan suhu, tetapi juga akan menghentikan reaksi itu sendiri,”jelas profesor dari Universitas Tokyo, Naoto Sekimura.
Dari Hongkong, Lembaga Royal Observatory melalui Asisten Direktur Royal Observatory Hongkong, Leung Wing Mo juga menyatakan asap yang mengepul keluar dari reaktor tidak menyebarkan bahaya radioaktif melalui udara. Menurutnya, hembusan angin barat akan membawa asap radoaktif tersebut menuju Samudera Pasifik.
Selain reaktor di Fukushima, kekhawatiran ledakan juga terjadi di reaktor nuklir Onagawa. Pasca gempa dan tsunami, api membakar gedung yang menyimpan turbin di PLTN yang dikelola Tohoku Electric Power tersebut.
Pembangkit listrik nuklir Fukushima terdiri atas enam reaktor air tekan (PWR) terbesar di dunia. Dampak kerusakan sejumlah reaktor nuklir pembangkit listrik ini sedikitnya empat juta penduduk kini tidak memiliki aliran listrik. Tiga Prefektur di timurlaut, Aomori, Akita dan Iwate bahkan sama sekali tidak memiliki penerangan.
Memasuki hari kedua pasca gempa 8,9 Skala Richter dan tsunami di Jepang diperkirakan lebih dari 1.000 jiwa tewas. Hingga Sabtu malam, jumlah korban belum dapat dipastikan. Diperkirakan terdapat ribuan orang tewas. Sebanyak 10.000 penduduk kota pelabuhan Minamisanriku, perfektur Miyagi, dinyatakan belum ditemukan.
Saat ini pemerintah Jepang telah menurunkan 8.000 tentara dan 300 pesawat untuk melakukan penyelamatan.
Kondisi WNI di Jepang
Duta besar Indonesia di Jepang, M. Lutfi, Sabtu (12/3), menyampaikan bahwa sampai saat ini belum ada konfirmasi WNI yang meninggal. “Namun melihat besarnya dampak bencana, kami berdoa yang terbaik tapi bersiap untuk yang terburuk,” katanya.
Lutfi mengatakan kedutaan kini tengah fokus mengevakuasi WNI yang tersebar di provinsi-provinsi yang paling parah terkena dampak tsunami, yakni Provinsi Shiwate, Fukushima, dan Miyagi. Menurutnya ada sekitar 496 WNI yang tersebar di tiga provinsi tersebut.
Menurut Lutfi, kedutaan telah menerima data 95 WNI yang mengungsi ke penampungan. “Kalau ditanya soal kondisinya, minim sekali. Cuaca sangat dingin, bisa 5 derajat Celcius. Salju belum cair, apalagi listrik mati sehingga tidak ada penghangat,” katanya.
Kementrian Luar Negeri Indonesia mencatat setidaknya ada 31.157 WNI yang terdaftar berada di Jepang.
Sumber Berita: Tribun Pekanbaru
nice post ^_^
ReplyDeletetakut
ReplyDelete@ All: terima kasih kunjungannya :)
ReplyDelete